Terkini

Polresta Surakarta Turunkan Polwan Untuk Pengamanan Tradisi Grebeg Syawalan

SOLO-Tradisi Kupatan (Lebaran Ketupat) selalu menjadi moment penting bagi masyarakat di Kota Solo sebagai salah satu bentuk rasa syukur manusia atas karunia yang diberikan Allah SWT. Tradisi yang selalu terselenggara di Kali Bengawan Solo yang berada di Taman Jurug ( saat sekarang berganti Solo Safari) di setiap tahunya ini adalah merupakan filosofi Jawa, sehingga menjadi tradisi budaya turun menurun hingga saat ini.

Adapun penjelasan tradisi Kupatan dan Lepet menurut filosofi di Jawa dari berbagai sumber, konon terdahulu diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga (satu dari Sembilan Wali Penyebar Agama Islam).

Istilah Ketupat itu sendiri menjadi simbol sebagai kesadaran manusia untuk saling ngaku Lepat (mengaku salah), yang diartikan dalam bentuk segi empat, ungkapan perilaku manusia (Laku Papat, Jawa) yang mempunyai arti ; 1. Lebaran (Hari Raya), 2. Luberan (Luapan kegembiraan), 3. Leburan (terleburnya salah dan dosa selama 1 tahun) dan 4. Laburan (memperindah kehidupan selanjudnya dengan sesuatu yang lebih baik).

Di Kota Solo, setiap tahunnya, tradisi Syawalan ditandai dengan arak-arakan (sebuah kirab) gunungan ketupat. Kegiatan arak-arakan prajurit keraton Surakarta dari depan Solo Safari menuju Kali Bengawan Solo yang ada dilingkungan dalam Solo Safari sebagai tempat dibukanya acara Grebeg Syawal. Minggu (07/05/2023).

“Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kegiatan tersebut, Polresta Surakarta juga telah menempatkan anggotanya untuk melakukan rekayasa dan pengaturan arus lalu lintas di beberapa titik, termasuk melakukan Patroli pengamanan pada tempat- tempat keramaian. Selain itu juga menurunkan anggota Polwan untuk pengamanan di arakan prajurit keraton yang membawa 2 buah gunungan ketupat. Hal itu dilakukan guna mewujudkan suasana yang nyaman dan aman bagi para pengunjung sesuai harapan kita bersama,” kata Kabagops Polresta Surakarta Kompol Sutoyo,S.Sos mewakili Kapolresta Surakarta.

Related Posts

1 of 1,697